PENGGUNAAN ROKOK ELEKTRIK ANAK DI BAWAH UMUR

Rokok elektrik atau vape berbeda dengan rokok konvensional yang lebih dulu dikenal masyarakat puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Sedangkan vape masih seumur jagung, masih dalam tahap mencari jati diri. Sebagian masyarakat masih menganggap tabu keberadaan rokok elektrik. Mereka masih beranggapan vaping tidak ubahnya seperti rokok konvensional. Disini vaping butuh gambaran umum yang bisa diterima masyarakat secara luas, jauh dari sentimen dan kesan negatif.

Sama seperti rokok konvensional, penggunaan rokok elektrik oleh anak di bawah umur sampai saat ini masih menjadi persoalan yang sulit diatasi. Tingkat kesadaran dan kedewasaan anak di bawah umur dipertanyakan disini, mereka itu anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan mental. 
Fase dimana sifat keingintahuannya sangat tinggi, itu hal yang bagus tapi jika tanpa dibarengi sikap mental dan rasa tanggung jawab seperti orang dewasa, keberadaan mereka hanya akan merusak bentuk vapescene yang sudah ada. Mohon maaf.. rata-rata dari mereka belum sampe berpikir kesitu, pola pikir mereka sangat sederhana... ngebul dimanapun dan kapanpun dia mau, peduli setan dengan orang lain.
Dari kalangan vaper sendiri masih sering terjadi silang pendapat antara memperbolehkan, di satu sisi tetap melarang sampai usia mereka mencukupi. Alasan sikap permisif ini dilandasi faktor kesehatan, mereka beranggapan lebih baik vaping daripada meneruskan kebiasaan lama mereka mengkonsumsi rokok konvensional. Pada kasus ini, saya berpendapat lebih baik mereka merokok dulu saja, ada beberapa alasan yang mendasar.
Pertama, intensitas merokok anak-anak masih sebatas uang jajan (belum bisa dikategorikan sebagai perokok aktif), dengan mereka merokok masih ada kontrol sosial di lingkup keluarga dan sekolah, aktivitas merokok menjadi terbatas. Ketika mereka pertama kali memutuskan untuk merokok, paling tidak mereka tahu semua risiko yang bakal dihadapi, termasuk dikeluarkan dari sekolah.
Kedua, saya kurang yakin underage yang sudah beralih ke vaping, otomatis mereka akan berhenti merokok. Dari kebanyakan kasus yang saya liat di lingkungan tempat tinggal, mereka masih tetap merokok. Karena dari awal tujuan mereka merokok memang  buat gaya-gayaan, sekedar show off kalau dia laki dan bukan karena kebutuhan asupan nikotin seperti perokok aktif pada umumnya. Apalagi vaping lebih ribet, mesti pasang ini, pasang itu, jadi kemungkinan mereka masih merokok itu besar.
Ketiga, mayoritas anak di bawah umur belum paham fungsi vaping yang sebenernya. Tahunya cuma keluar uap banyak, ngetrik biar dibilang keren dan kekinian. Pengetahuan mereka tentang vaping stuff pun sebatas kata orang, jarang mereka yang mau bener-bener mempelajari dengan serius, itu karena semangat jiwa muda yang masih pengin bermain ditambah kesibukan mereka di intitusi pendidikan.
Keempat, saat ini bermunculan industri-industri kecil yang bergerak di bidang rokok elektrik, mereka mencari asa dari lapangan pekerjaan yang baru tumbuh ini. Sekedar berusaha (meskipun mustahil) menembus dominasi para taipan rokok konvensional, yang semakin hari semakin gendut perutnya. 
Keberadaan vaper underage hanya akan menghambat usaha dan langkah mereka. Perilaku buruk mereka membuat pemerintah akan semakin intens dalam membatasi dan mengawasi peredaran rokok elektrik.
Dari alasan-alasan diatas, jika anak di bawah umur dibiarkan mengkonsumsi vape tanpa pengawasan, dikhawatirkan semua akan kena imbasnya. Masih untung hanya regulasi cukai, coba kalau sampe dilarang? Bakalan seperti pesakitan, mau vaping saja mesti sembunyi-sembunyi takut ditangkap karena dianggap forbidden activity. Tujuan utama vaping sebagai media pengganti rokok jadi berantakan... akhirnya balik lagi ke rokok konvensional. Pelaku bisnis rokok elektrik pun bakal kehilangan mata pencaharian.
Jadi intinya, biarkan mereka merokok lebih dulu. Karena masyarakat secara umum lebih 'memaklumi' keberadaan asap rokok ketimbang uap vape. Setelah mereka dewasa dan cukup umur baru diarahkan ke dunia vaping dengan dibekali pengetahuan dasar secukupnya.

0 comments